Semut
itu kecil & mungil. Semut tidak bisa bekerja sendirian, tetapi
berada dalam koloni. Semut-semut selalu bergerak ke depan, mencari
makanan bukan hanya untuk diri sendiri. Makanan yang ia dapatkan
dikumpulkan bersama untuk persiapan musim dingin. Pekerjaan itu
dilakukan bukan "berebut jabatan" atau "mencari popularitas".
Pernahkan kita melihat semut berdiam diri?
Tentu tidak, karena semut tidak berdiam diri. Ia bukan binatang
pemalas. Kalau diibaratkan, semut itu seperti “seorang aktivis”. Para
aktivis, meskipun tidak ada pekerjaan, mereka selalu “mencari kerjaan”.
Dalam bekerja, banyak semut gugur dalam tugas. Ada yang mati di mangsa
musuh, ada yang tertimpa benda berat, ada yang keinjak manusia, atau
hanyut dibawa air. Pendek kata, tidak semua semut menikmati hasil dari
kerja kerasnya. Semut juga tidak pernah mengenal sikap berkhianat kepada
koloni. Tidak pernah terjadi, seekor semut hitam, lantaran kecewa, dia
menyeberang ke koloni semut merah.
Semut mengajarakan banyak
inspirasi kepada kita, bagaimana menjadi pekerja keras, lalu memberi
manfaat kepada orang lain. Setiap semut adalah pahlawan bagi semut-semut
lainnya. Tubuhnya memang kecil dan mungil, tetapi ternyata ia
mengerjakan hal-hal besar dalam hidupnya.
Dalam kitab jawahirul kalamiyah disebutkan Allah tdk pernah menbuat sesuatu yang sia-sia. Subbanalloh.
Oleh: H. Syamsul Falah M.Pdi
Selasa, 26 Agustus 2014
Biografi KH. Luqman Hakim
Posted By:
Yayasan Tarbiyatut Tholabah Sukorejo Jombang
on 00.29
KH. Luqman Hakim, lahir di madiun, 20 April
1962. Belajar di pesantren Tebu Ireng Jombang, hingga menyelesaikan kuliah di
fakultas Syari’ah Unhasy Tebuireng. Melanjutkan studinya di Spesial Program
Philosopy , di filsafat UGM, dan menepuh program Doktor di University of Malaya
Kuala Lumpur jurusan Siyasah Syar’iyyah.
Ia belajar Tasawwuf kepada Syaikh KH. Andul
Jalil Mustaqim, Mursyid Tarekat Syadziliyah, Qadiriyah-Naqsyabandiyah,
Samaniyah, dan Syatariyah.[1]selama
ini aktif menulis di berbagai media massa seputar analisa keagamaan, kususnya
bidang sosial dan Tasawuf. Dari berbagai tulisan dan ceramahnya itulah kelak ia
sering dikenal sebagai Sufiolog.
Buku-bukunya yang telah terbit baik karya
sendiri maupun terjemahan antara lain:
a.
Ar-Risalah Qusyairiyah Induk Ilmu
Tasawuf (Al-Qusyairy)
b.
Teosofia Al-Qur’an (Al-Ghazali)
c.
Raudhah Taman Jiwa Kaum Sufi
(Al-Ghazaly)
d.
Kaidah-Kaidah Sufistik (AL-Gazaly)
e.
Mereka yang Kembali (Al-Maqdisy)
f.
Deklarasi Islam tentang Hak Asasi
Manusia
g.
Pikiran-Pikiran Setengah Gila
h.
Allah pun Berdzikir
i.
Kedai Sufi Kang Luqman
j.
Jack and Sufi, Sufisme di
Reman-Remang Jakarta
k.
Tuhan diantara Inul dan Gang Dolly
l.
NU di Tengah Kelemahan Ulamadan
Kemunduran Umat
m.
Psikologi Sufi
n.
Mutiara Agung Pangeran Sufi
Al-Junaid Al-Baghdady
o.
Menjelang Ma’rifat (Syikh Ahmad
Ar-Rifa’y)
Beberapa buku
yang segera terbit:
a.
Cahaya di Majlis Kopi
b.
Tanya Jawab Seputar Dunia Sufi
c.
Gerbang Sufi
d.
Filosufi Dzikrullah
Beberapa kaset ceramahnya tentang dunia sufi
beredar di public dan episode dalam CD, VCD maupun DVD sedang disiapkan. Saat
ini, selain aktif ceramah di beberapa kota besar, juga dikenal sebagai pemimpin
majalah cahaya sufi, yang beralamatkan di Jl. Bekasi Timur IV no 15,
Jatinegara, Jakarta Timur
Senin, 25 Agustus 2014
Yayasan Tarbiyatut Tholabah
Posted By:
Yayasan Tarbiyatut Tholabah Sukorejo Jombang
on 20.53
Yayasan Tarbiyatut Tholabah Sukorejo Jombang adalah sebuah lembaga pendidikan yang terdiri dari pondok pesantren dan pendidikan formal, didirikan oleh H. Syamsul Falah M.Pdi, cucu dari KH. Musthofa, pendiri pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
Langganan:
Postingan (Atom)